
Adab Kepada Guru (Bag 1)
Oleh : Ust. H. Mukhlis Setiawan, S.S.I ( Kabid Pendidikan dan Pengajaran )
Judul ini mungkin terlihat biasa dan sederhana, tapi maknanya sangat luar biasa. Kalimatnya pun mudah untuk diucapkan, tapi substansnya agak bahkan susah untuk di praktekkan.
Adab kepada guru seyogyanya bukan hanya ditunjukkan oleh murid saja, tapi juga oleh wali murid nya. Karena guru murid adalah guru wali murid nya juga, dalam hal menghormati dan menghargai.
Akhir-akhir ini banyak informasi yang kita lihat dan kita dengar dari media, atau mungkin yang kita saksikan dan rasakan sendiri, fenomena aneh tentang sikap murid atau wali murid yang tidak menghormati dan menghargai guru. Ada murid atau wali murid yang memanggil guru dengan namanya langsung. Ada murid atau wali murid yang kalau di depan guru bersikap dan bertutur kata manis, tapi kalau di belakang menggunjingkan guru. Bahkan ada murid atau wali murid yang lancang memarahi, menghardik dan mengancam guru ke ranah hukum.
Padahal ada sesuatu yang terkadang sering di lupakan, apalagi saat emosi, saat ada masalah dengan guru, atau tidak suka kepada guru, bahwa guru merupakan kunci ilmu dan keberkahan ilmu bagi murid.
Waratsatul Anbiya (pewaris para nabi), itulah gelar untuk para guru penyebar ilmu dan pengajar kebaikan. Gelar tinggi yang disematkan langsung oleh Rasulullah. Hal ini bukan tanpa alasan, karena Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, binatang di darat dan di laut, semuanya berdoa memohonkan ampunan kepada Allah untuk para penyebar ilmu dan pengajar kebaikan (guru), sebagaimana sabda Rasulullah صلى الله عليه وسلم :
إن الله وملا ئكته وأهل السماوات والأرض حتى النملة في جحرها وحتى الحوت لَيُصلّون على معلّم الناس الخير (رواه الترمذي)
"Sesungguhnya Allah, para malaikat, penduduk langit dan bumi, hingga semut dalam lobang, dan ikan di air, semuanya pasti memohonkan ampunan untuk pengajar kebaikan (HR At-Tirmidzi)"
Begitu mulianya status guru, sehingga Rasulullah memberikan proteksi kepada mereka dari kekerasan verbal, fisik, dan fsikis.
لحوم العلماء مسمومة
"Daging ulama (guru) itu mengandung racun".
Maksudnya : siapa yang menyakiti hati ulama (gurunya) dengan lisan atau tangan, maka layaknya dia sedang memakan daging gurunya sendiri. Sedangkan dagingnya ulama (guru) itu mengandung racun yang bisa menyebabkan orang yang menyakitinya akan sakit hatinya, bahkan dapat mematikan hatinya. naudzu billah.
ليس منا من لم يُجِلَّ كبيرنا، ويرحم صغيرنا، ويعرف لعالمنا حقّه (رواه أحمد)
"Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua usianya, tidak menyayangi orang yang lebih muda usianya, dan tidak mengerti hak-hak guru (HR Ahmad)"
Sabda Rasulullah ini memberikan petunjuk kepada kita bahwa guru harus diperlakukan sesuai dengan haknya. Hak paling mendasar tapi paling penting, yang tidak boleh dilupakan oleh murid dan wali murid adalah adab kepada guru. Jika ada seorang murid atau wali murid yang berprilaku buruk kepada guru, maka akan menimbulkan dampak buruk pula. Dampak buruk yang paling berbahaya adalah hilangnya ridho guru. Hilangnya ridho guru berakibat hilangnya keberkahan ilmu yang di dapat sehingga tidak bisa mengamalkan dan menyebarkan ilmunya.
والله المستعان
Fajrussalam, 30 Dzulqo'dah 1441 H/21 Juli 2020 M