
Gerakan Literasi Santri, Refleksi Milad Pondok Pesantren Fajrussalam Ke 15
Oleh :
Presidium Lembaga Kajian dan Perpustakaan Baitul Hikmah
Pondok Pesantren Fajrussalam.
Tahun 2021 memberi makna tersendiri dalam perjalanan sejarah Pondok Pesantren Fajrussalam. Bukan hanya usianya yang akan beranjak "remaja" yakni 15 tahun, tapi pengorbanan, perjuangan, dan rintangan-rintangan yang dilalui di balik perjalanan itu sehingga bisa menjadi sebuah lembaga pendidikan pondok pesantren seperti sekarang ini.
Tasyakuran Milad Pondok Pesantren Fajrussalam ke-15 kali ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, Pondok Pesantren Fajrussalam yang dipimpin Abi KH. Mukti Ali dan dibantu oleh para keponakan-keponakan dan guru-guru yang dengan ikhlas dan tanpa kenal lelah masih dan tetap mampu menjalankan proses pendidikan dan pengajaran walaupun dengan segala kesulitan, keterbatasan, dan adaptasi baru (new normal). Hal itu dilakukan demi terwujudnya sebuah lembaga pondok pesantren yang menyeimbangkan antara ilmu akhirat dan ilmu dunia (fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah) yang berorientasi kepada kepentingan ummat, sesuai visi misi Pondok Pesantren Fajrussalam yakni ;
1. Mencetak kader-kader pemimpin umat yang berakhlak mulia, berilmu ulama, dan berwawasan cendikia
2. Mempersiapkan generasi umat yang unggul dan berkualitas menuju terbentuknya bangsa yang unggul (khairul ummah) dan mukmin yang kuat (Al-Mu'minu Al-Qowiyyu)
3. Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin, muslim yang berbudi tinggi, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, dan berkhidmat kepada masyarakat.
4. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama intelek
Demi mewujudkan visi misi tersebut, kebetulan di ulang tahun Pondok Pesantren Fajrussalam yang ke-15 ini akan diresmikan sebuah lembaga otonom yang merupakan salah satu dari sekian organisasi intra pesantren, yakni ; Lembaga Kajian dan Perpustakaan Baitul Hikmah. Dengan bimbingan Pimpinan Pesantren, Kabid Pendidikan dan Pengajaran, Kabid Disiplin dan Bahasa, beserta seluruh asatidz diharapkan lembaga ini menjadi lokomotif gerakan literasi para santri demi mewujudkan tercapainya visi misi pesantren dan cita-cita para pendirinya.
Apa dan kenapa literasi? Dewasa ini gerakan literasi sedang gencar disuarakan, di tengah banjirnya segala macam informasi baik positif maupun negatifnya. Literasi sebenarnya memiliki pemahaman kompleks dan dinamis. Sederhananya, literasi dipahami sebagai kemampuan membaca dan menulis.
Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Namun, kebiasaan membaca masyarakat Indonesia sangatlah rendah dan mengkhawatirkan. Menurut UNESCO pada tahun 2012 hanya satu dari 1.000 orang masyarakat Indonesia yang minat membaca. Berdasarkan penilaian PISA (Programme for International Student Assessment) sebuah lembaga studi internasional tentang prestasi literasi membaca, matematika, dan sains siswa sekolah, menyatakan skor keterampilan membaca siswa Indonesia sebesar 493 skor. Hasil tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat 62 dari 70 negara. Disisi lain berdasarkan Studi Most Littered Nation In The Word 2016 minat membaca di Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara hal tersebut jelas bahwa budaya literasi di Indonesia masih sangat kurang bahkan mengkhawatirkan.
Padahal literasi dalam ajaran agama Islam sangat fundamental bahkan esensi dari ajaran Islam sendiri. Dibuktikan dengan wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yaitu perintah membaca;
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
bacalah, dan tuhanmulah yang maha mulia.
yang mengajar (manusia) dengan pena
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat inilah yang pertama kali turun, didengarkan manusia agung, Rasulullah Muhammad SAW. Turunnya wahyu ini sekaligus mengesahkan pelantikan beliau sebagai nabi. Dari ayat ini pula, peradaban Islam menyebar ke seluruh penjuru bumi, sekaligus mengindikasikan betapa Islam menekankan arti penting membaca dalam kehidupan manusia. Hal tersebut menunjukan ajaran agama Islam mendorong umatnya mencintai dan menguasai ilmu pengetahuan. Di manapun dan kapanpun umat Islam berada, di situlah ilmu pengetahuan seharusnya dikembangkan.
Surah Al-Alaq sejatinya menginstruksikan pentingnya pengembangan daya literasi sebagai basis pembangunan peradaban. Etos iqra’: membaca, berpikir kritis dan kreatif, meneliti, dan mengembangkan sains dan teknologi merupakan sendi utama tegaknya peradaban.
Membaca (iqra) merupakan proses awal pembelajaran dan pintu ilmu pengetahuan. Pepatah Arab menyebut, “Ta'allam, falaisa al-mar
u yuuladu 'aaliman” (Belajarlah, sebab tidak seorang pun lahir berilmu). Siapa yang banyak membaca, wawasan keilmuannya akan meluas, mendalam, dan bijaksana.
Implementasi dari kekuatan motivasi itu kemudian menyebar luas ke dunia Islam. Alquran menjadi rujukan diskusi dan kajian keilmuan. Waktu itu, begitu banyak bertebaran kajian dan perpustakaan. Diskusi sudah menjadi tradisi yang mengakar. Pojok kota selalu ramai dengan debat dan kajian keilmuan. Tak heran setiap hasil kajian dan tulisan yang dibuat menjadi rujukan dan dikenang hingga kini.
Sebagai contoh, koleksi Baitul Hikmah di Baghdad--setelah penemuan cara memproduksi kertas--membeludak menjadi satu juta buku pada 815. Berpuluh tahun kemudian, pada 891 seorang sejarawan mencatat ada lebih dari 100 perpustakaan umum hanya di Baghdad. Kota kecil semacam Najaf punya rumah baca dengan koleksi 40 ribu buku.
Pada abad ke-10, Sultan al-Hakim dari Kordoba, Andalusia, punya koleksi pribadi sebanyak 400 ribu buku. Astronom Muslim asal Persia, Nashruddin al-Tusi (lahir 1201) punya 400 ribu buku. Sultan al-Aziz dari Dinasti Fatimiyyah punya 1,6 juta buku, yang sebanyak 16 ribu dan 18 ribu.
Di awal masa keemasan Islam, buku menjadi kekuatan literasi yang menganggumkan. Kini, era tersebut mulai bergeser ke dunia informasi digital dengan konsep IOT (Internet of Thing) dan artificial intelligence nya dan akan terus berkembang di tahun-tahun berikutnya . Ini menjadi peluang sekaligus tantangan. Peluang karena gerbang pengetahuan dan dakwah terbuka lebar. Namun, menjadi tantangan bagaimana kekuatan ekosistem baru ini perlu dibarengi bekal agama dan ilmu pengetahuan yang kuat.
Membaca merupakan bagian dari proses pengamatan (muthalaah), yang merupakan esensi/substansi yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar dan mencari ilmu sebagaimana yang sedang kita perankan saat ini baik sebagai santri maupun sebagai pengajar (ustadz).
Tentunya, gerakan literasi santri tidak akan optimal tanpa ditunjang oleh infrastruktur pendukung, yakni perpustakaan. perpustakaan merupakan salah satu sumber pembelajaran santri di pesantren dan memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Pentingnya perpustakaan sekolah dapat dilihat dalam UU No 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, dinyatakan bahwa setiap satuan pendidikan jalur pendidikan sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat harus menyediakan sumber belajar.
Salah satu sumber belajar yang amat penting yang terdapat di sebuah lembaga pendidikan adalah perpustakaan. Perpustakaan tidak hanya menyediakan bacaan guna menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, tapi juga merupakan bagian yang integral pembelajaran. Selain itu perpustakaan juga bisa membantu kesenjangan ekonomi masyarakat dalam bidang pendidikan, karena para siswa tidak perlu membeli buku, cukup meminjam dari perpustakaan. Maka dari itu akan lebih baik jika suatu perpustakaan memiliki koleksi buku yang lengkap dan relevan dengan kurikulum lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Alhamdulillah, Fajrussalam sendiri sedang meningkatkan pelayanan perpustakaan baik dari segi infrastruktur, koleksi buku-buku, teknologi mutakhir, juga tidak kalah penting pengembangan sumber daya manusia nya (human resources development), sehingga diharapkan mampu menstimulus minat dan motivasi para santri untuk membaca sehingga menjadi suatu bagian dari ekosistem keilmuan pesantren.
Ekosistem di sini maksudnya adalah keterkaitan antar unsur dalam satu hubungan yang saling bersinergi dan berkelanjutan. Dalam hal ini, pesantren yang terdapat berbagai unsur mulai dari bapak pimpinan, para staf, guru, santri, kurikulum, organisasi santri, sarana, dan infra struktur yg di dalamnya terdapat perpustakaan saling bersinergi dalam proses pendidikan dan pengajaran. Sebagai contoh, dalam ilmu tarbiyah watta'lim yang dipelajari setiap siswa TMI terdapat bahasan tentang karakter seorang guru, dimana salah satu sifat yang harus dimiliki seorang guru adalah memiliki pandangan yang luas (insightful/ghozarotul madah) tentang materi pelajaran yang diajarinya atau dalam istilah lain "kaya literasi/literatur". Bagaimana mungkin seorang guru mempunyai kompetensi tersebut jiga tidak banyak membaca, dan bagaimana bisa banyak membaca jika tidak ada bahan bacaannya, oleh karenanya perpustakaan memfasilitasi kebutuhan literatur (maroji) yang dibutuhkan guru juga para santri.
Perpustakaan sebagai suatu ekosistem penting pendidikan yang sifatnya bersinergi dan berkelanjutan, tentunya tidak sekedar fasilitas dengan koleksi buku-buku atau para pengunjungnya yang sekedar membaca, diharapkan menjadi katalisator gerakan literasi para santri dengan kegiatan-kegiatan baca dan tulis seperti ruang diskusi hingga penerbitan suatu jurnal ilmiah yang menyempurnakan visi misi pesantren yang salah satunya adalah melahirkan para ulama intelek (insightful) yang bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.
Dalam tasyakuran milad tahun ini, mungkin hanya lembaga kajian dan perpustakaan saja yang diresmikan. Semoga di tasyakuran milad selanjutnya di masa depan, Fajrussalam meresmikan aula yang saat ini masih dalam proses pembangunan bahkan di tahun-tahun yang akan datang, semoga akan banyak lagi gedung dan lembaga yang diresmikan.
Di saat semakin bertambah umur Fajrussalam, bertambah pula sarana dan prasarananya, refleksi 15 tahun Pondok Pesantren Fajrussalam hendaknya kita jadikan momentum untuk bersyukur dengan meningkatkan kualitas nilai-nilai kepesantrenan yang termasuk salah satunya bidang keilmuan. Bersyukur dengan segala kelebihan-kelebihanya; dan bersabar, dengan segala kekurangan-kekuranganya.
Selamat ulang tahun Fajrussalam, barakallah fi umrik.