Logo Pondok Pesantren Fajrussalam
Artikel
26/Oct/2024

Menjadi Santri Yang Berilmu, Beramal, Dan Bermanfaat

Oleh : Ust.H.Mukhlis Setiawan, S.S.I (Kabid Pendidikan dan Pengajaran)

Bagi siapapun yang belajar di lembaga pendidikan, termasuk di Pondok Pesantren. Di jenjang pendidikan apapun, baik wustho (Setara SMP), ulya (setara SMA), atau perguruan tinggi, mengikuti wisuda adalah suatu harapan, kebanggaan, dan kebahagian. Dimana wisuda merupakan proses akhir dari rangkaian kegiatan akademik di lembaga pendidikan dan sebagai tanda pengukuhan atas selesainya suatu studi.

Untuk Pondok Pesantren Fajrussalam sendiri, kegiatan wisuda di laksanakan untuk santri-santriwati yang telah menyelesaikan masa studi enam tahun. Sebagai lembaga pendidikan yang tergabung dalam Satuan Pendidikan Muadalah pola Mu'allimin, maka masa belajar santri-santriwati adalah enam tahun atau lebih sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan Menteri Agama No 31 tahun 2020 tentang Pendidikan Pesantren, BAB III, Pasal 9 ayat 3, yaitu: "Jenjang Satuan Pendidikan Muadalah dapat di selenggarakan dalam waktu enam tahun atau lebih dengan menggabungkan penyelenggaraan satuan pendidikan muadalah wustho dan satuan pendidikan ulya secara berkesinambungan."

Untuk wisuda lulusan tahun pelajaran 2019-2020 Pondok Pesantren Fajrussalam, angkatan 10 putra dan angkatan 5 putri, di laksanakan pasca pengabdian, tepatnya di hari ahad, 4 juli 2021. Walau dalam situasi pandemi covid 19, alhamdulillah acara berjalan lancar. Bagi seorang santri, wisuda bukanlah akhir dari perjalanan dalam mencari ilmu, karena kewajiban mencari ilmu adalah sepanjang hayat, dari buaian sampai liang lahat. Hal ini untuk menghilangkan persepsi salah yang berkembang di masyarakat, yang berpandangan bahwa bersekolah sama dengan mencari ilmu, tidak bersekolah berarti tidak mencari ilmu, atau selesai sekolah selesai pula mencari ilmu, inilah yang di sebut paham "sekolahisme". Ada juga yang berpandangan bahwa setelah tamat setingkat SMA atau setelah jadi sarjana dan bekerja maka selesai juga kewajiban mencari ilmunya. Seakan kewajiban mencari ilmu di batasi hanya sampai bekerja dan mendapatkan uang. Padahal Rosulullah صلى الله عليه وسلم menyampaikan, "Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat."

Maka, setelah selesai masa belajar di pesantren dan di wisuda, seorang santri harus tetap mempertahankan 'spirit mencari ilmu'. Tentunya, ilmu yang bersanad , sebagaimana yang di sampaikan Abi KH Mukti Ali dalam sambutan wisuda. Karena sanad atau mata rantai keilmuan yang bersambung kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم adalah hal yang sangat penting dalam Islam. Imam Abdullah bin Mubarok mengatakan :
لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
"kalau bukan karena sanad maka orang akan berkata semuanya."

Terlebih dalam fase usia muda yang merupakan usia emas dan produktif bagi seseorang untuk mencari ilmu. Dan identitas hakiki seorang pemuda ialah taqwa yang di sertai dengan ilmu. Maka masa muda jangan pernah di sia-siakan untuk hal yang tidak bermanfaat, karena tanda Allah berpaling dari seseorang adalah ketika dia menyibukkan pada hal-hal yang yang tidak bermanfaat. Imam Syafii, dalam salah satu syairnya berpesan sekaligus mengingatkan :
ومن فاته التعليم وقت شبابه # فكبّر عليه أربعا لوفاته
"Barangsiapa yang tidak menggunakan masa mudanya untuk mencari ilmu, maka bacakan takbir empat kali karena kematiannya."
وذات الفتى، والله بالعلم والتقى # إذالم يكونا لا اعتبار لذاته
"Demi Allah, hakekat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan taqwa, jika kedua hal itu tidak ada padanya maka tidak layak di sebut pemuda."

Tentunya, spirit mencari ilmu harus disertai pula dengan pengamalan. Mengamalkan untuk diri sendiri dan mengamalkan untuk di ajarkan kepada orang lain. Karena tugas seorang pencari ilmu, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat 122, yaitu memperdalam ilmu agama (لِيتفقّهوا في الدين) kemudian memberi peringatan kepada masyarakat sekembali dari mencari ilmu/mengajarkan ilmu (لِينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم). Imam Al-Ghazali dalam risalah "ayyuhal walad" menyampaikan :
العلم بلا عمل جنون، والعمل بغير علم لم يكنْ
"Ilmu tanpa pengamalan adalah gila dan pengamalan tanpa ilmu adalah tidak bernilai."

Salah satu ajaran KH Imam Zarkasyi yang terkenal adalah bahwa "orang besar" bukanlah orang yang memiliki pangkat atau jabatan tinggi, harta berlimpah, atau banyak ilmu. Tapi "orang besar" adalah orang yang dengan ikhlas mau mengajar, walau anak kecil, di surau yang kecil, di tempat terpencil. Itulah "ruh perjuangan" yang di tanamkan selama di pesantren. Bahkan ada satu kisah menarik, ketika salah seorang santri lulusan KMI Pondok Moderen Gontor di tanya oleh beliau, apakah kamu mengajar? Dan ketika jawaban santri tersebut, "belum pak kiai". Maka, beliau pun berkata, "Mati Kamu." Itu menyiratkan bahwa tidak mengajarkan ilmu yang sudah di dapat di pesantren, di anggap sama dengan tidak hidup.

Di masyarakat, santri itu aset yang sangat berharga. Tapi tidak boleh minta di hargai, apalagi memasang tarip harga. Karena sesuatu yang terlalu berlebihan dalam harga akan jatuh harganya sehingga akhirnya menjadi tidak berharga. Santri itu harus bernilai manfaat untuk umat. Tapi tidak boleh memanfaatkan, apalagi di manfaatkan oleh orang lain. Semakin seseorang banyak nilai manfaatnya untuk orang lain, maka semakin menjadikan dia sebagai orang yang terbaik. Rasulullah صلى الله عليه وسلم menyatakan :
خير الناس أحسنهم خُلُقاً وأنفعهم للناس
"sebaik-baik manusia adalah yang paling baik akhlaknya dan yang paling bermanfaat untuk orang."

Ilmu yang bermanfaat bisa di dapatkan, salah satunya adalah dengan ketaatan kepada guru dan mendapat ridho/restu guru. Dengan ridho guru akan menjadikan guru itu selalu hadir dalam hati seorang murid, bahkan lebih tinggi dari itu, seorang murid akan selalu hadir di hati sang guru. Syeikh Dr. Muhammad bin Ismail Utsman Zein menyampaikan :
العلم بالتعلّم، والبركة بالخدمة، والمنفعة بالطاعة
"Ilmu di dapat dengan belajar kepada guru, keberkahan ilmu di dapat dengan mengabdi kepada guru, dan manfaat ilmu di dapat dengan mentaati guru."
Dan Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki, juga menyatakan :
ثبات العلم بالمذاكرة، وبركته بالخدمة، ونفعه برضا الشيخ
"Melekatnya ilmu dengan belajar kepada guru, keberkahan ilmu dengan mengabdi kepada guru, dan manfaat ilmu dengan restu guru."

Selamat berjuang dan berkhidmah di tengah umat, mafakhir generation…!

Fajrussalam
Ahad, 4 Juli 2021