Pendidikan Pesantren, Pendidikan Yang Membumi
Oleh : Ust. H. Mukhlis Setiawan, S.S.I ( Kabid Pendidikan dan Pengajaran )
Setiap tanggal 2 mei masyarakat Indonesia memperingati hari pendidikan nasional. Dimana 2 mei juga disebut sebagai hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara. Sosok yang tak banyak dikemukakan, kecuali dalam buku Sang Guru, novel biografi Ki Hadjar Dewantara, kehidupan, pemikiran, dan perjuangan pendiri tamansiswa (1889-1959), bahwa ternyata bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara kecil dikirim oleh orangtuanya untuk menuntut ilmu bertahun tahun di sebuah Pesantren di Kalasan asuhan Kyai Haji Sulaiman Abdurahman. Jadi ternyata bapak pendidikan Indonesia pun adalah seorang santri.
Maka membicarakan hari pendidikan nasional, akan lebih aktual membicarakan pendidikan tertua di Indonesia, yaitu pendidikan di Pondok Pesantren.
Pendidikan pesantren adalah pendidikan 24 jam. Dan pendidikan pesantren adalah pendidikan kehidupan. Artinya pesantren mendidik santri belajar kehidupan dan proses pendidikannya dilaksanakan siang malam 24 jam. Sehingga pendidikannya membumi. Bisa bermanfaat langsung untuk mentalitas kehidupan santri di masa depan.
Tidak heran kalau di pesantren santri dididik belajar kehidupan dimulai dari sejak bangun tidur dengan aktifitas merapihkan kamar yang dilanjutkan dengan shalat malam dan shalat subuh berjamaah. Setelah itu tadarrus al-quran atau belajar kitab kuning. Aktifitas pribadi seperti olahraga atau mencuci dan mandi. Masuk kelas pagi dari jam dari 07:00 - 12:00. Sholat zuhur berjamaah dan halaqoh al-quran. Dilanjutkan istirahat sampai masuk kelas siang dari jam 14:00 - 15:00. Sholat ashar berjamaah. Kegiatan ekstra kulikuler. Sholat magrib berjamaah dilanjutkan dengan tadarrus al-quran atau belajar kitab kuning. Sholat isya berjamaah dilanjutkan dengan belajar kitab kuning. Belajar malam dilanjutkan istirahat tidur dari jam 22:00 - 03:30.
Belum lagi santri dididik dengan hidup mandiri seperti piket asrama, piket kelas, piket masjid, dan piket area pesantren. Juga pendidikan tanggung jawab seperti piket jaga tamu dan piket ronda malam. Serta pendidikan amanah, tanggung jawab, khidmah (melayani orang lain), dan pendidikan kepemimpinan seperti organisasi santri dan organisasi kepanduan.
Dari semua itu,tentu pendidik menjadi poros utama sebagai pusat pendidikan. Dimana santri belajar kehidupan dari para pendidik melalui melihat, mendengar, dan merasakan sentuhan tangan pendidik. Sehingga pendidik bagi santri adalah contoh (suri tauladan) yang akan ditiru dan diikuti kehidupannya.
Maka idealnya, posisi pendidik dalam dunia pendidikan seperti apa yang dicita-citakan oleh ki Hadjar Dewantara yaitu, ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh), ing madyo mangun karso (di tengah memberi bimbingan), dan tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan/semangat).
Itulah bedanya pendidikan dan pengajaran. Jika pengajaran umumnya untuk memerdekakan kehidupan lahir, maka pendidikan untuk memerdekakan kehidupan batin. Sehingga manusia yang merdeka lahir dan batin tidak akan bergantung kepada orang lain, akan tetapi bergantung dan bersandar atas kehidupan diri sendiri.
Selamat Hari Pendidikan Nasional.