Logo Pondok Pesantren Fajrussalam
Artikel
26/Oct/2024

Peningkatan Kualitas; Harapan Dan Tantangan Pasca Milad 15 Pondok Pesantren Fajrussalam

Oleh : Ust. H. Mukhlis Setiawan, S.S.I (Kabid Pendidikan dan Pengajaran Pondok Pesantren Fajrussalam)

15 tahun yang lalu perjuangan (baca; jihad) untuk meninggikan agama Allah melalui lembaga pendidikan Pondok Pesantren di mulai. Berawal dari cita-cita suci KH Abdul Ghoni [almarhum] dan Hj Siti Khodijah [almarhumah] untuk memiliki Pondok Pesantren, maka keduanya mewakafkan dua hektar tanah dengan masing-masing satu hektar dan memberangkatkan salah satu putranya yang di tunjuk sebagai nazir wakaf, Abi KH Mukti Ali, untuk menimba ilmu (baca; mesantren) ke Pondok Pesantren Darussalam Garut. Setelah selesai menimba ilmu dari Pondok Pesantren Darussalam Garut tahun 1994, lalu melanjutkan menimba ilmu di kota suci Mekkah sampai tahun 2004 dengan berguru kepada beberapa masyayikh di sana, di antaranya Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani dan Dr Muhammad bin Ismail Utsman Zein As-Syafii.

Sekembalinya Abi KH Mukti Ali dari menimba ilmu di Mekkah pada tahun 2004 dan selesainya Ust H Mukhlis Setiawan dari studi strata satu di Fakultas Dirasat Islamiyyah-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Desember 2005, di iringi doa restu dan dorongan dari bapak-bapak Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Garut, khusunya bapak KH Cecep Ishaq Asy'ari Mu'thi [almarhum], maka di mulailah perjuangan tersebut dengan mendirikan Pondok Pesantren Fajrussalam pada tanggal 31 Januari 2006. Selanjutnya dukungan perjuangan datang dari keponakan-keponakan beliau yang lainnya seperti ust H Mukhtar Kusuma Atmaja, ust H Muslim Efendi, ust Muhammad Syauki, dan ust Dede Budiman di awal penerapan sistem TMI pada tahun pelajaran 2006-2007. Juga ust Asep Ahmad dan ust Muhammad Fauzi sebagai guru pengabdian pertama dari pondok pesantren Darussalam Garut.

Setelah 15 tahun berdiri dan berkhidmah kepada ummat - from zero walau belum to hero - sebagai bagian yang ikut merintis, memberi masukan nama, mengkonsep visi misi, dan sistem pendidikan pesantren dari awal bersama Abi KH Mukti Ali, paman sekaligus pimpinan pesantren, banyak sekali perkembangan dan kemajuan pesantren yang luar biasa yang di saksikan dan di rasakan, baik dari kuantitas dan kualitas santri, juga dari sarana prasarana.

Ketika di awal berdiri pesantren jumlah santri hanya 18 orang, kemudian setelah di buka untuk santri putri pada tanggal 12 Juli 2012, maka perkembangan kuantitas santri pun semakin banyak sehingga di tahun pelajaran 2020-2021 sekarang berjumlah 740 orang. Pun demikian Kualitas santri ketika di awal berdiri hanya di level kecamatan sebagai parameter pencapaian prestasinya, sekarang sudah sampai di level propinsi. Juga dengan sarana prasarana. Jika di awal berdiri hanya sarana bangunan empat lokal untuk asrama dan kelas plus masjid, maka sekarang sarana bangunan pun semakin bertambah dan bertingkat, plus sarana olahraga, dan auditorium berukuran 55x35.

Tidak lupa, sistem pendidikan pesantren pun mengalami kemajuan. Ketika di awal berdiri sampai 2018 hanya sistem TMI saja, maka setelah di dapatkannya SK Direktur Jendral Pendidikan Islam nomer 6736 tahun 2018, status pondok pesantren Fajrussalam pun menjadi Satuan Pendidikan Muadalah pola muallimin. Muadalah artinya di samakan. Di samakan dengan pendidikan setingkat tsanawiyah dan aliyah.
Terlebih setelah di sahkan nya undang-undang Republik Indonesnia no 18 tahun 2019 tentang pesantren dan peraturan mentri agama Republik Indonesia no 30 tahun 2020 tentang pendirian dan penyelenggaraan pesantren, maka lengkap sudah legalitas dan prospek pondok pesantren Fajrussalam.

Tentu perkembangan dan kemajuan yang di capai oleh pesantren Fajrussalam tidak terlepas dari soliditas dan sinergi semua stakeholder pesantren; dari pimpinan, kabid, dewan asatidz, santri, bahkan termasuk juru masak, security, dan para pekerja bangunan pesantren. Dengan spirit keikhlasan dan tanpa pamrih semua stakeholder bekerja, beramal, dan berkarya dengan menjadikan pesantren sebagai medan perjuangan. Al-ikhlaasu ruuhul 'amal', Itulah yang menjadi ruh kemajuan pesantren.

*Maka nikmat Tuhan mu mana lagi yang kamu dustakan". Demikian salah satu ayat dari surat Ar-Rahman yang kalimatnya terus menerus di ulang sampai 31 kali. Sebuah pengulangan yang menunjukkan betapa banyak anugrah nikmat Allah yang harus di syukuri. Dan dalam konsep bersyukur Allah meletakan syarat dan jawab syarat, dimana Allah menjanjikan dan memastikan penambahan anugrah nikmat bagi siapa pun yang bersyukur dan siksa pedih bagi siapapun yang kufur (Ibrahim : 7).

Memasuki usia pondok pesantren Fajrussalam yang ke 15 tahun, usia yang di sebut juga sebagai usia remaja dalam perspektif psikologi perkembangan manusia atau di sebut usia baligh dalam terminologi fiqih. Maka, layaknya usia remaja (baligh) yang cepat pertumbuhan fisiknya dan besar badannya, demikian pula fisik sarana prasarana pesantren yang cepat bertambahnya dan meningkat bangunannya, seyogyanya diiringi pula dengan perkembangan kualitas sumber daya stakeholder nya. Terutama kualitas dewan guru dan santri, sesuai dengan visi pondok pesantren Fajrussalam "Mencetak kader-kader pemimpin ummat yang berakhlak mulia, berilmu ulama, dan berwawasan cendikia". Juga sesuai dengan palsapah المعهد بأبنائه، لا ببنائه (pesantren disebut maju dengan kualitas santri-santrinya, bukan dengan fisik bangunannya).

Kualitas, Itulah harapan sekaligus tantangan pondok pesantren Fajrussalam pasca milad nya yang ke 15. Kualitas dalam berbagai aspeknya; iman, takwa, akhlak mulia, ilmu, skill, dan kompetensi seluruh stakeholder pesantren. Hal itu seirama dengan tujuan pendidikan nasional yang di amanatkan dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 untuk membentuk manusia beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan bangsa.

Peningkatan kualitas iman takwa merupakan prioritas utama, karena ia menjadi kunci di bukakan segala keberkahan ( azziyadah fil khoir : tambahan kebaikan) dari langit dan bumi untuk penduduk suatu negri, termasuk penduduk suatu pesantren, baik keberkahan hidup, keberkahan ilmu, keberkahan rizki, dan lain sebagainya. Sebagaimana Allah menjanjikan dalam surat Al-A'raf ayat 96 :
ولو أن أهل القرى آمنوا واتّقوا لفتحنا عليهم بركات من السماء والأرض
Jika sekiranya penduduk suatu negri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan membukakan kepada mereka keberkahan-keberkahan dari langit dan bumi

Kemudian peningkatan kualitas Akhlak Mulia atau adab yang menjadi inti atau hakikat pendidikan. Islam hadir dan risalah yang di bawa oleh Rasulullah Muhammad SAW adalah untuk akhlak mulia. Umar bin Khattab mengungkapkan taaddabuu tsumma ta'allamuu (Adab dulu baru kemudian ilmu). Ibnu Mubarok (118-180 H) berkata, "kaada al-adabu yakuunu tsulutsay ad-diin" (hampir porsi adab dalam agama Islam adalah dua pertiganya). Itulah kenapa unsur asasi yang terkandung dalam konsep pendidikan Islam adalah penanaman adab yang meliputi kehidupan spiritual dan materail, seperti yang di sampaikan oleh pakar pendidikan Islam, Prof Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam buku Islam dan Sekularisme (hal : 187). Dan krisis yang menimpa seorang muslim hari ini, menurut Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas adalah hilang adab, "the central crisis of Muslim today is loss of adab".

Banyak kitab tentang adab yang di ajarkan di pesantren, salahsatunya kitab Ta'lim Al-Muta'allim. Dan untuk di lingkungan pesantren Indonesia sendiri, gagasan tentang pentingnya adab sebagai inti pendidikan dan penerapan adab harus di mulai dari dunia pendidikan pernah di sampaikan oleh KH Hasyim Asy'ari dalam kitab Adabu Al-'Alim wa Al-Muta'allim :
التوحيد يوجب الإيمان، فمن لا إيمان له لا توحيد له. والإيمان يوجب الشريعة، فمن لا شريعة له لا إيمان ولا توحيد له. والشريعة توجب الأدب، فمن لا أدب له لا شريعة له ولا إيمان له ولا توحيد له
"Tauhid mewajibkan adanya iman. Barangsiapa tidak beriman maka dia tidak bertauhid. Dan iman mewajibkan adanya syariat. Barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid. Dan syariat mewajibkan adanya adab. Barangsiapa yang tidak beradab, maka dia tiada syariat, tiada iman, dan tidak ada tauhid padanya (hal : 11)"

Selanjutnya peningkatan kualitas ilmu. Karena ilmu memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam sebagai jalan mengenal Allah, kunci ibadah yang benar dan baik kepada Allah, bahkan sebagai penghantar menuju kejayaan dunia dan kemuliaan akhirat. Imam Syafii berkata "Barangsiapa yang menginginkan (kesuksesan, kejayaan, kemajuan) dunia maka dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kemuliaan, kebahagiaan, keselamatan) akhirat maka dengan ilmu".

Secara historis, peradaban Islam di mulai dengan hidupnya tradisi keilmuan dalam setiap individu muslim. Kecintaan kepada ilmu dan pengorbanan demi agama menjadi ciri peradaban Islam saat itu. Turunnya wahyu pertama yang mengandung perintah membaca dan menulis dalam surat al-'alaq ayat 1-5 menjadi penyemangat para sahabat untuk mencari ilmu, walau di tengah-tengah keterbatasan fasilitas. Membaca dan menulis adalah aktifitas lain para sahabat di luar ibadah dan jihad. Terbentuknya kelompok belajar ashabussuffah adalah salah satu indikator nya.

Kemajuan dan kejayaan sebuah peradaban di tentukan oleh budaya cinta ilmu. Berabad-abad Islam berjaya di atas panggung dunia dan banyak menghasilkan karya dalam berbagai disiplin ilmu karena tradisi keilmuan yang hidup di tengah-tengah umat nya. Para ilmuan Yahudi yang berhasil melakukan penemuan dalam ilmu pengetahuan, juga karena menghargai budaya ilmu. Bangsa Eropa keluar dari jaman kegelapan menjadi European enlighment karena memberikan perhatian besar terhadap ilmu. Jepang bangkit menjadi kekuatan dunia karena masyarakat nya di kenal sebagai masyarakat "haus ilmu".

Pesantren memiliki potensi dan peluang besar untuk maju dan jaya, bahkan bisa mewarnai peradaban dunia apabila pesantren teguh dan memiliki kecintaan kuat dalam menghidupkan tradisi dan budaya ilmu; membaca, menulis, dan diskusi.

Peningkatan kualitas inilah yang menjadi harapan sekaligus tantangan untuk pondok pesantren Fajrussalam ke depan pasca milad nya yang kr 15. Tapi kami percaya, selama "Ruh Perjuangan" yang menjadi ruh pesantren tetap terpatri di dalam dada, semuanya InsyaAllah bisa.

Fajrussalam, 4 Februari 2021