Pentas Seni Panggung Gembira: Merefleksikan Nilai-Nilai Agama Dalam Seni
Panggung gembira, sebuah pentas seni budaya karya para santri kembali diselenggarakan. Acara yang diselenggarakan dalam rangka khutbatul arsy ini (dibaca: masa perkenalan) hanya diselenggarkan sekali dalam setahun, sebagai acara penutup rentetan khutbatul arsy. Selain bertujuan menghibur dan memperkenalkan berbagaimacam aktifitas yang akan dihadapi para santri baru. Panggung gembira juga secara tidak langsung mendidik dan mengajarkan santri-santri akan nilai-nilai seni dan budaya luhur bangsa Indonesia.
Sebagai lembaga Pendidikan islam, tentu kegiatan apapun yang dilaksanakan di pesantren ni harus sejalan dengan nilai-nilai Pendidikan dan norma-norma agama. Lalu, bagaimana sebenarnya islam memandang seni yang sudah ada atau diadakan di suatau tempat?
Untuk mengetahui hubungan seni dan agama, tentu kita harus memahami terlebih dahulu pengertian dari seni, itu sendiri. Adapun seni dalam pengertian KBBI adalah sebuah karya yang diciptakan dengan menggunakan keahlian yang luas biasa, seperti tari, lukisan, ukiran, dan lain sebagainya. Sedangkan seni sendiri menurut para ahli adalah sebagai berikut;
Plato: seni adalah hasil tiruan alam. Penilaian ini menganggap bahwa karya seni adalah tiruan objek atau benda yang ada di alam atau karya yang sudah ada sebelumnya. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat, Seni adalah suatu tiruan dunia alamiah dan dunia manusia.
Dua pengertian di atas bisa dipahami bahwa seni adalah sebuah manifestasi dari alam semesta yang dipresentasikan manusia dalam sebuah karya, entah itu karya tangan seperti pahatan dan lukisan, atau gerakan badan seperti tarian dan gerakan bela diri tertentu. Itu semua adalah karya manusia yang dihasilkan dari relasi manusia dengan alam semesta selama berabad-abad.
Sebagai agama rahmatan lil ‘alamin yang berarti rahmat atau kasih sayang untuk seluruh alam semesta. Maka sudah dipastikan nilai-nilai yang ada pada agama ini mampu beradaptasi dengan berbagai jaman dan tempat, begitu juga dengan seni yang ada pada jaman dan tempat tersebut. Islam tidak menafikan sebuah kesenian, islam begitu fleksibel, semua keindahan yang dihasilkan dari seni yang kemudian dilestarikan dalam budaya tidak ditolak semuanya dan tidak juga diterima semunya. Islam mempunyai rules tersendiri dalam menimbang sebuah seni.
Dalam membahas kesenian, memang tidak ada dalil eksplisit yang menerangkan secara gamblang tentang seni, namun sebagai agama yang sempurna tentu Islam mempunyai petunjuk lain yang menunjukan akan kebolehannya berseni, salah satu dalil yang menunjukan kebolehannya adalah hadist Nabi yang diriwayatkan Imam Muslim di mana Nabi bersabda:
إنَّ اللهَ جميلٌ يُحبُّ الجمالَ
“Sesungguhnya Allah itu Maha Indah dan mencintai keindahan”
Dari konteks hadist di atas Allah mensifati diri-Nya indah dan menyukai keindahan, pertanyaannya sekarang adalah, apakah keindahan termasuk seni? Atau sebaliknya, apakah semua seni harus memilki keindahan, agar mendapatkan legitimasi dari agama?
Guru Besar Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, Prof Mahmoed Hamdi Zaqzouq menerangkan bahwa secara hakikat seni memiliki arti soal kreasi-kreasi keindahan yang tak pernah ditentang oleh Islam. Namun, perlu digaris bawahi bahwa Islam sejatinya lebih memprioritaskan tentang prinsip moralitas daripada hanya keindahan belaka. (lihat Prof Zaqzouq dalam Islam Dihujat Islam Menjawab: Tanggapan atas Tuduhan dan Kesalahpahaman, terjemahan M Quraish Shihab, 2010).
Syeikh Yusuf Qardhawi telah menjelaskan sikap Islam terhadap seni. Jika ruh seni adalah perasaan terhadap keindahan maka Al Qur‟an sendiri telah menyebutkan dalam surat As-Sajadah ayat 7 yang artinya “Yang membuat segala sesuatu, yang Dia ciptakan sebaik baiknya dan yang memulai menciptakan manusia dari tanah”
Sudah jelas dan gamblang bahwa seni dalam islam bukan hanya sebuah keindahan atau manifestasi alam semesta semata sebagaimana diungkapkan Plato dan Aristoteles di awal pembahasan. Tapi lebih dari itu, seni dalam pandangan islam adalah keindahan manifestasi alam semesta yang harus mengandung nilai-nilai moral kehidupan, agar karya seni tidak hanya menjadi objek memanjakan panca indra semata, tapi juga sebagai obat untuk jiwa yang sakit bahkan bisa jadi petunjuk bagi manusia yang sedang hilang arah.
Nilai-nilai tersebutlah yang dibawa oleh para santri dalam pagelaran pentas seni panggung gembira, menjadikan seni sebuah media untuk menyampaikan nilai-nilai moral kehidupan. Bagaimana kita menyakikan ketika orang-orang mendengar seni suara yang dilantunkan adalah nasihat dan nama-nama Allah, bagaimana kita menyaksikan sendiri orang-orang menyaksikan seni sandiwara, tapi yang dilihat adalah sandiwara perjuangan membela agama. Dan masih banyak lagi penampilan kesenian lainnya. Yang semuanya menjadi pengganti dari seni-seni yang buruk, kepada seni-seni yang mengandung nilai-nilai moral agama yang dapat menjadi contoh dan diaplikasikan dalam kehidupan sosial.
Dengan ilmu hidup jadi mudah
Dengan agama hidup jadi terarah
Dengan seni hidup jadi indah